Bidiknews Liputan Khusus : Bandar Lampung,Lampung ; Kecelakaan Kerja bisa menimpa siapa pun,kapan serta dimana saja.
Tak perduli menimpa pada senior maupun yunior,muda maupun tua,disiplin maupun tidak,kaya maupun miskin,sebab itu sudah menjadi garis tangan sebagai manusia.
Bagaimana jika kecelakaan kerja itu terjadi karena kecerobohan ?
Lalu apakah itu kecerobohan faktor pekerja nya? Atau kecerobohan sang atasan yang tidak menjalankan SOP yang ada hingga berakibat pada bawah nya?
Lalu sebutan apa yang pantas Jika musibah kecelakaan kerja coba di bungkus rapat rapat agar tidak ketahuan publik oleh atasan di sebuah perusahaan ?
Sepandai pandai nya menyimpan kotoran pasti akan tercium juga?
Sepandai pandai nya Tupai melompat pasti akan jatuh juga?
Dan apa kalimat yang pas di sematkan pada seorang pemimpin yang selalu menghindar ketika akan di minta keterangan nya atas musibah yang menimpa anak buah nya?
Berawal dari tgl 22 juli 2022 di Punduh pidada,yang mana telah terjadi kecelakaan kerja pada karyawan PT Haleyora anak perusahaan dari PLN.
Kecelakaan itu terjadi berkisar pukul 18:45 wib atau 19: 00 wib ketika dua orang karyawan PT Haleyora sedang berada di atas tiang PLN dengan ketinggian sekitar 12 meter. sedangkan pada saat itu adalah waktu masuk nya ibadah sholat magrib bagi umat islam.
Pertanyaan nya apakah di dunia kerja seperti itu tidak ada pengawas yang menegur sang pekerja untuk beristirahat dulu setidak nya menghormati panggilan adzan atau jangan jangan tidak ada pengawasan ?
Didi rahardian 41 thn dan Guntoro/yoyo 41 thn merupakan tenaga kerja PLN Up teluk Betung/ Haleyora power full yang mengalami kecelakaan pada 22 juli 2022 di punduh pidada padang cermin.
Mendengar desas desus warung kopi Bidiknews lipsus mencoba mencari tau kejelasan tentang berita kecelakaan tersebut dari salah satu karyawan di Haleyora Power. 26 Agustus 2022
Tapi jangan sebut nama saya ya bang” ucap sang nara sumber” bener ada kecelakaan kerja bang yang terjadi bulan juli tgl 22 tahun 2022 sekitar jam 18:45 atau jam 19:00 wib.
Infonya kecelakaan itu tiang nya rubuh masuk ke jurang bang,karena ketidak kuatan pondasi menahan beban dari pekerja.
Tapi gak ada yang tau,di simpen rapet rapet oleh pihak atasan,sebab kalo ini bocor sampe keluar akan beresiko dengan karir mereka sebagai atasan.
Penyebab nya itu ya bang macem macem..bisa karena alam nya atau memang manusia nya yang tidak menguasai keilmuan,tapi kalo untuk didi sama yoyo mereka sudah berpengalaman bang jadi gak mungkin karena orang nya.
Tapi dengan satu catatan bang unsur sial atau apes di hilangkan dari kecelakaan ini.
Kalo dilihat dari prosedural coba abang tanya ke atasan deh:
1: Ada tidak sertifikasi bekerja diketinggian bagi teknisi pelayanan teknik jawab nya pasti Tidak ada
2: Ada tidak pekerja yg memiliki sertifikasi p3k jawab nya pasti tidak ada
3: Dilakukan medical chek up terlebih dahulu tidak oleh dokter yg bersertifikasi hyperkes,sebab medical cek up emang harus di jalankan apalagi untuk perusahaan PLN yang rentan terhadap kecekalaan kerja.
Jika terdapat pekerja yang sedang tidak sehat maka di boleh kan untuk mengikuti pekerjaan tersebut sebab bisa berakibat nyawa si pekerja melayang,sebab ya bang si pekerja punya hak menolak jika secara mental tidak siap,atau badan nya sedang tidak sehat itulah faktor penting nya Medical Check up dan setau saya untuk kasus kecelakaan Didi dan Yoyo memang tidak ada medical check up terlebih dahulu.
4: SOP seperti apa yang di jalankan atau lakukan oleh pihak perusahaan misal nya bang H- 1 sebelum pekerja melakukan tugas nya setidak nya di lakukan croscek terlebih dahulu terhadap titik koordinat nya apalagi ini tiang listrik nya itu sudah lama gak kepake/berfungsi atau beroperasi, itu membuktikan ada SOP yang tidak di jalankan oleh mereka kalo mereka menjalankan SOP pasti sudah melakukan oreitasi medan kerja sehingga dapat melihat kultur tanah,kekuatan tiang dll sehingga kemungkinan terjadi kecelakaan itu sangat lah kecil.
5; Apakah ada persiapan penuh dalam mempersiapkan hal lain seperti Peralatan dan kelengkapan yang di perlukan.
6; Ada tidak pengawasan ketika kecelakaan itu terjadi? Jawab nya tidak ada.
Inti dari POIN unsur ini apakah sudah terpenuhi oleh perusahaan saat kejadian terjadi
1.Sertifikasi ketinggian
2.Sertifikasi p3K
3. Medical cek up ( mcu semua tenaga kerja)
4. Berjalan kah SOP yg sdh ada saat bekerja.
5. Melanjut poin 4 sudah lengkapkah peralatan dan kelengkapan kerja yg dibutuhkan saat memulai pekerjaan tersebut
6. Adakah pengawas pekerjaan saat pekerjaan di mulai. 🤷♂️( fakta real dilapangan tidak ada 1 pun pengawas baik dari Haleyora maupun PLN yg mengawasi di titik pekerjaan tersebut.
Bidiknews pun bertanya,dengan kronologis dan paparan nya siapa yang wajib bertanggung jawab terhadap kecelakaan ini,sang nara sumber menjawab ” Manager Sub Reagen dan Manager Area Layanan” sebab mereka berdua pemimpin tertinggi di Haleyora”.
Tanya aja langsung kemereka bang.
Bila perlu bongkar seterang terang nya perihal Haleyora ,supaya publik tau.
Bidiknews meminta ijin untuk meminta nomer kontak sang pemimpin Haleyora ( Agusta Yusuf )
Namun sang Manager tidak pernah mau untuk bisa di minta keterangan nya oleh awak media.
Bahkan di salah satu pesan WA ke bidiknews ia mengatakan Datang saja ke UID PLN untuk diminta Statmen nya,sebab itu wewenang PLN bagian Humas.
Ketika Bidiknews ke UID PLN di temui oleh HUMAS UID PLN dan beliau mengatakan belom mengetahui perihal kecelakaan tersebut..andai ada pertanyaan maka akan kami jawab secara Normatif.
Terkait Haleyora Power Humas UID PLN mengatakan Tidak ada kapasitas saya menjawab melainkan itu wewenang dari Haleyora itu sendiri ( Agusta Yusuf ).
Pertanyaan nya
1; Jika memang Haleyora tidak merasa bersalah maka berikan keterangan kepada media bukan terkesan menghindar.
2; Adakah pemimpin yang berani mengaku salah ?
3; Management Haleyora power Ulp teluk betung melimpahkan kesalahan itu kepada pihak lain,care kah itu? BNP 017.